SEJARAH SINGKAT
BERDIRINYA LEMBAGA PENDIDIKAN MIFTAHUL HUDA PANGGUNG
Oleh: Shobah Arrozi
Tepatnya di Kabupaten Sumenep kecamatan Ambunten Desa Tamba Agung Timur lahir seorang pemuda karismatik, pemberani dan loyal bernama KH. Ahmad Zaini. Keturunan Pengeran Bukabu yang sangat mashur dengan kealimannya di bidang ilmu agama, beliau juga anti penjajah dan sangat diseggani dan bahkan sangat ditakuti oleh penjajah kolonial karena ke ilmuan dan kehebatan tenaga dalamnya.
Konon, di masa mudanya beliau bercita-cita melanjutkan jejak para gurunya sepulangnya dari pondok pesantren. Beliau banyak menimba ilmu di beberapa pesantren baik di Madura sampai ke tanah Jawa, di Jawa beliau merupakan alumni santri di Ponpes kiai Sidik Jember, dan juga anggota Perguruan Tinggi Tenaga Dalam di Banten. Tak cukup hanya itu, kemudian terahir beliau mematangkan keilmuan agamanya di pondok pesantren Syaikhona Holil Bangkalan. Semua itu beliau lakukan semata-mata ibadah karena Allah dan nantinya dapat diamalkannya di tengah tengah masyarakat.
Setelah beberapa tahun mengabdi dan menjadi santri di PP. Syaikhona Holil Bangkalan, akhirnya Kh. Ahmad Zaini tiba tiba dipanggil oleh syaihona Holil dan diperbolehkan pulang untuk mengabdikan diri ke tengah tengah masyrakat di kampungnya.
Sepulangnya dari bangkalan beliau tinggal kembali bersama ayahandanya KH. Hafiduddin di Desa Bukabu dan membantu ayahandanya mengajarkan ilmu agama islam, dan tak lama setelah itu Kh. Ahmad zaini menikah dengan seorang putri bernama nyai Danilah, dari Desa Candi Tamba Agung Ares dan dikaruniai 6 anak dan 25 cucu.
Pada tahun 1936 pada saat awal perrnikahannya, beliau berencana untuk melanjutkan kiprah ayah dan guru-gurunya yaitu mengajarkan ilmu agama kepada masyarakat setempat khususnya di desa Bukabu dan desa Tambaagung Timur. Akhirnya dengan persetujuan ayahandanya dan dukungan para gurunya, pada tahun 1937 Dengan petunjuk salah seorang gurunya yang waliyullah akhirnya Kh. Ahmad Zaini mulai membabat sebuah tempat di atas sebidang tanah penuh dengan semak belukar yang sebelumnya tidak berpenghuni..
Lalu Kemudian di atas sebidang tanah itulah, beliau membangun sebuah rumah sebagai tempat tinggal bersama istri tercintanya dan membangun sebuah pedepokan santri dan langgar dengan bahan serba kayu, dengan pagar menggunakan anyaman bambu di bagian sisinya dan beberapa tikar rakara di dalamnya untuk alas sholat berjemaah dan juga untuk kegiatan belajar mengajar Al Qur’an.
Maka daripada itu, oleh santri dan masyarakat sekitar, sebidang tanah yang ditempati tersebut diberi nama PANGGUNG , dengan alasan karena lantainya dirancang lebih tinggi dari permukaan tanah. Akhirnya dari situ kemudian, banyak orang tua dari berbagai daerah datang menitipkan anaknya kepada Kh. A . Zaini PANGGUNG untuk dibekali ilmu agama islam dan lainnya.
Seiring berjalannya waktu, sekitar tahun 1940, pesantren Kh. Ahmad Zaini mulai berkembang, terdapat sekitar 50 santri yang berasal dari berbagai daerah, di antaranya dari Desa Tamba Agung Timur, dari Desa Tambaagung Ares, Bukabu, Desa Beluk Kene’ Desa Beluk Rajeh dan desa Campor sampai kecamatan Pasean Pammekasan.
Bersamaan dengan itu, datanglah sebuah revolusi atau penjajahan yang dilakukan oleh kolonial hindia belanda, yang pada saat itu Kh. Ahmad Zaini masuk dalam daftar catatan belanda sebagai salah satu tokoh muslim berpengaruh di Madura Timur khususnya di Kabupaten Sumenep. Pererangan tak bisa dihindari, perjuangan melawan penjajah belanda beliau hadapi sebagai bentuk jihad fi sabillillah .
Dengan adanya peristiwa tersebut, banyak dari kalangan santri yang ketakutan dan pulang ke rumah masing masing. Meski ada pula yang tetap mondok hingga akhirnya mereka menikah.
Atas semangat juang dan kegigihan Kh. Ahmad Zaini dalam meninggikan agama Allah SWT. Pada tahun 1945 tepatnya pada tahun kemerdekaan Negara Repuplik Indonesia, beliau molang kitab suci Al Qur an dan pendidikan keagamaan lainnya kepada sebagian santri santrinya yang masih tinggal di pondok. Meskipun jumlah santri pasca penjajahan waktu itu sudah tidak sebanyak seperti di tahun sebelumnya(1940-1944). Dan dengan keistiqomhan beliau bersamaan dengan perubahan mosollah yang baru santri mulai berdatangan kembali hingga di tahun 1960 M.
Dan tepatnya pada tahun 1969 yang diperkirakan tidak jauh setelah Kh.Ahmad Zaini wafat. Muncul sebuah inisiatif dari kalangan muda generasi penerus Kh.Ahmad Zaini yang merupakan putra dan cucu beliau sendiri untuk mendirikan lembaga pendidikan formal dengan mengikuti kurikulum pemerintah yang setara dengang negeri.
Dan atas dasar kebutuhan masyarakat, akhirnya pada tahun 1969 didirikanlah sebuah lembaga formal berjenjang setara Sekolah Dasar (SD), yaitu MADRASAH IBTIDAIYAH MIFTAHUL HUDA. Dan disambut gembira oleh masyarakat setempat khususnya masyarakat Tambaagung Timur dan tambaagung Ares dan sekitarnya, sehingga jumlah siswa saat itu mencapai 200 orang. tentunya hal yang demikian tidak lepas dari perjuangan dan kerja keras putra putri dan cucu KH.Ahmad Zaini untuk meneruskan jejak muliya beliau selama hidupnya sehingga lembaga Miftahul Huda masih tetap eksis hingga saat ini.
Sebuah perjuangan yang panjang tak kenal lelah, dan pengorbanan yang ikhlas di sertai kerja keras dan doa, selalu tampak terurai dari wajah generasi-ke generasi KH. A zaini dan pula menular pada semua jajaran guru –guru Miftahul Huda hingga saat ini.
Dalam kurun waktu setengah abad kurang satu tahun ini, lembaga Miftahul Huda yang berada di desa Tambaagung Timur Kecamatan Ambunten Kabupaten Sumenep yang tepatnya hanya 15 meter dari perbatasan desa Tambaagung Ares sudah banyak mencetak generasi-generasi hebat di berbagai lini kehidupan, baik di lini politik, ekonomi, sosial, budaya termasuk dalam lini pendidikan itu sendiri.
Dari titik keberhasilan inilah, dapat diambil kesimpulan, tiada yang sia-sia segala tenaga dan pikiran serta doa yang tercurah dari MIFTAHUL HUDA untuk kecerdasan murid-muridnya selama dalam kurun waktu setengah abad hingga sekarang.
Terbentuknya pribadi santri atau murid atau alumni yang Tafaqquh Fiddin, dan faham Ahlussunnah wal jama’ah, serta berilmu pengetahuan dan berwawasan yang luas dengan dilandasi Akhlakul Karimah merupakan substansi dasar didirikannya Lembaga MIFTAHUL HUDA di desa Tambaagung Timur.
Hari ini di jaman now, Miftahul Huda dengan jemarinya yang melepuh oleh bekas kapur tulis, bangunannya yang sebagian sudah tua, merasa sangat bangga dengan keberhasilan anak-anak didiknya, usianya tak di sangka sudah menjelang setengah abad, keberadaannya saat ini tinggal memetik buah dari hasil yang sudah ia tanam. Juga seperti seorang ibu yang senang dan bangga menyaksikan anak didik tercintanya sudah banyak yang berhasil menggapai asa. Tak peduli mereka (anak didiknya) lupa atau masih ingat. Selamat sukses.
MASJID ZAINUL MUTTAQIN TEMPO DULU
MASJID ZAINUL MUTTAQIN SEKARANG
Terimakasih Miftahul Huda. Engkau sudah mengajariku membaca dan menulis
Nb: Catatan singkat di Ambil dari documentasi Bani Zaini dan renungan seorang alumni Miftahul Huda. UNTUK DI JADIKAN MATERI MOS MADRASAH MIFTAHUL HUDA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar